Cerita Wisuda merupakan wadah kolaborasi dari Kantor Arsip UI dan ILUNI UI, yang bertujuan untuk menghimpun cerita pengalaman para alumni UI saat wisuda. Para alumni UI bisa mengirimkan cerita yang dilengkapi foto unik, dengan momen bahagia dan berkesan pada saat wisuda dulu. Ada total 10 pemenang yang terdiri dari 8 pemenang pilihan kurator, serta 2 pemenang terfavorit. Bagian ini menghimpun cerita dan foto dari para alumni UI yang unik sebagai bentuk apresiasi atas keikutsertaan mereka dalam program ini.
Baju Bodo Merah untuk Wisuda
oleh Dewi Parwati Setyorini (FS/FIB 1979)
"Ndak papa menikah di tengah jalan dan melahirkan. Yang penting kuliah tetap rampung," begitu pesan ibuku saat saya kuliah S1 di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UI. Sekarang namanya Fakultas Ilmu Budaya, FIB.
Di semester 6 saya ambil cuti kuliah 2 semester. Saya menikah dan melahirkan anak perempuan. Maka saat saya lulus dan diwisuda di tahun 1985, saya meminta suami membawa putri saya yang berumur 3 tahun untuk turut hadir di hari istimewa tersebut. Dengan bangga ia menggunakan baju bodo berwarna merah lengkap dengan perhiasannya. Baju itu hadiah dari nenek yang ikut kakek melakukan perjalanan dinas ke Makassar. Saya dengan kebaya merah jambu cerah dalam jubah toga, sedangkan putriku dengan baju bodonya. Seingat saya, itu terakhir kali wisuda UI diadakan di Gedung Balai Sidang Senayan. Sesudah tahun itu, wisuda UI selalu diadakan di Depok.
Beberapa tahun berlalu. Anak saya ternyata diterima di UI juga, dan menyelesaikan studi di jurusan yang diminatinya. Ia sangat terinspirasi neneknya yang menempuh studi filsafat di UI saat ia masih kecil. Ia lulus S1 dan diwisuda di tahun 2007 dari jurusan Filsafat FIB UI. Nenek, ibu dan anak, bahkan juga ayahnya, sama-sama lulusan FIB UI.
Anak saya ingat betul momen wisuda ibunya. Di gedung berbentuk bulat dengan halaman luas sekelilingnya, ia berlari-lari bangga dengan baju bodo merah. Ia cuma tau itu hari istimewa karena ibunya pakai kebaya dan jubah hitam berkerah kuning dan topi khusus hitam. Bentuk topinya tidak seperti topi biasa.
Saat itu di tahun 2007, ia menggunakan jubah toga hitam dengan warna pinggiran kerah putih saat diwisuda di Balairung Depok UI. Saya mendampingi putri saya dengan penuh rasa bangga. Dan saat itu, saya diminta hadir menggunakan baju bodo merah, mengenang masa lalu wisudaku.
Putriku dan saya sama-sama lulusan S1 dari FIB UI, sama-sama mengenakan toga berkerah kuning dengan pinggiran putih lambang FIB UI. Namun 22 tahun yang membedakan Wisuda UI kami, selain dari jurusan berbeda, kami juga bertukar peran antara wisudawan - pendamping. Baju bodo merah menjadi pemersatu dan pendukung jubah toga hitam UI di kedua momen wisuda UI kami.
Topi Toga untuk Mama
oleh Anggani Mayang Calista (FIB 2019)
Wisuda menurutku adalah momen yang mungkin tidak akan kurasakan kedua kalinya jadi cukup bikin deg-deg an sih hehe. Ditambah lagi kondisi keluarga yang tidak memungkinkan aku untuk banyak minta yang muluk-muluk. Banyak momen FOMO (Fear Of Missing Out) yang kurasakan selama mempersiapkan wisuda. Aku kira wisuda hanya sebatas mempersiapkan kebaya dan riasan wajah, tapi dari hasil diskusi dengan teman-teman ternyata butuh banyak sekali hal-hal lain yang membuat aku kewalahan sendiri. Walau begitu, alhamdulillah momen wisuda ini aku lalui dengan cukup lancar, dengan ditemani mama dan kakak perempuanku satu-satunya. Kurang lengkap tanpa papa tapi aku yakin beliau ikut berbangga diri dari atas sana (aamiin).
Gaya foto yang aku pilih adalah dengan memasangkan topi toga untuk mamaku. Karena rasanya namaku tetap polos aja tanpa gelar kalau gak ada perjuangan dari mamaku yang tetap bekerja sebagai kepala keluarga sampai aku lulus. Mungkin hubungan anak perempuan dan ibunya ini gak melulu berjalan dengan mulus, banyak berantemnya, banyak berseterunya, tapi gak pernah sekalipun beliau saat marah sampai sampai melontarkan “gak usah kuliah aja kamu. percuma” karena ia mau anak perempuannya bisa menjadi orang hebat. Aku bangga bisa membawa keluargaku untuk merasakan perayaan kelulusan dengan latar gedung Rektorat UI.
Aku persembahkan gelar ini untuk keluargaku. Dan semoga teman-teman yang sedang mengejar cita-cita yang sama (lulus dengan gelar impiannya) dapat terwujud dengan lancar!
Gaya Unik Bersama Dekan
oleh Ferdhy M. Kautsar (FKM 2008)
Pada saat gladi resik wisuda UI (18 Februari 2012), semua wisudawan akan mengantri untuk di foto oleh Rektor dan Dekan, umumnya semua wisudawan foto dengan gaya yang sama, gaya yang umum pada saat wisudaan, ketika giliran saya, saya ingin foto wisuda saya lain dari yang lain, karena Dekan FKM pada saat itu baik, waktu giliran saya, saya minta beliau untuk melihat ke kamera dan saya juga melihat ke kamera sambil tersenyum lebar.
Wisuda, Judi, dan Rhoma Irama
oleh Karguna Purnama Harya (FIB 2020)
Cerita saya mungkin bergenre 'jokes bapack-bapack'. Saya adalah alumnus dari Program Pascasarjana Arkeologi FIB UI, masuk tahun 2020, diwisuda tanggal 10 September 2022. Nah, saat saya diwisuda, saya seperti wisudawan rasa mahasiswa baru. Hal itu tentu gara-gara COVID-19 yang membuat kuliah terus menerus menggunakan zoom. Akibatnya praktis saya datang langsung ke UI Depok hanya saat SIMAK UI dan wisuda saja. Seiring berjalannya waktu, saya jalani dengan penuh semangat tempur, hingga akhirnya rampunglah tesis keramat itu. Dua tahun semuanya online! Wisuda pun tiba. Akhirnya wisuda pun dilaksanakan langsung di kampus. Saat datang memasuki area UI, bawaannya celingak-celinguk tidak jelas.
Saat itu saya pun tidak sempat bertemu teman-teman seangkatan di dunia nyata, karena lokasi wisuda kami berbeda. Saya sendiri yang di Balairung, sisanya di Aula FIB. Hati ini rasanya seperti galon aqua yang hanya terisi seperempat, sisanya kosong. Hampa rasanya. Mau nyanyi hymne UI tidak hapal dan belum mendapatkan feel-nya. Mungkin banyak rekan yang seangkatan dari jurusan lainnya pun baru mendengar nada-nada magis hymne UI itu. Liriknya yang saya tahu hanya 'buku pesta dan cinta', itu pun gara-gara Soe Hok Gie.
Tibalah saya masuk di balairung dengan kursi-kursi berjejer rapi. Saya duduk di wilayah FIB di baris kedua dari depan. Sementara di sebelah kanan saya bernama Muhammad Ammar Zuhdi, jurusan S2 sejarah, penampakannya selaras dengan legenda tinju Prince Nasheem Hamed. Lalu di barisan pertama, tepat duduk di depan Muhammad Ammar Zuhdi, ada salah satu wisudawan doktor, saya lupa namanya, tapi dia S3 sejarah, sudah ibu-ibu, tampak melankolis nan lembut, berkerudung berzirah toga. Tiba-tiba ibu ini membalikkan badannya ke belakang, lalu bertanya kepada Muhammad Ammar Zuhdi, "Dek, anaknya Prof. Zuhdi ya?"
"Bukan Bu," katanya singkat.
"Oh maaf saya kira anaknya Prof. Zuhdi, namanya sama, saya baca di etiket kursi," kata si ibu.
Lalu, karena gabut, saya pun ikut nimbrung lalu berkata, "Mungkin anaknya Bang Haji Rhoma Irama, Bu."
Si ibu menggernyitkan jidatnya, tampak bingung, "Maksudnya?"
"Iya kan namanya, Zuhdiiii, teeeett!" Jawab saya singkat.
Tentu saja, saya yang sedang gabut dan ingin suasana gembira mengharapkan mereka yang ada di sekitar untuk tertawa. Tapi sayang, yang tertawa hanya saya sendirian. Semuanya tengah memelihara jangkrik di dalam imajinasinya masing-masing. Mungkin jika Bang Haji Rhoma Irama ikut wisuda, ia akan berkata, "Heuh, terlalu!" seraya diikuti lagu Terajana.
Akhirnya, daripada malu, saya beralih kepada Daud Yusuf, mencoba mengobrol dan berselfi bersama.
Tips & Trik Wisuda Gratis
oleh Estu Utami (Pascasarjana 2008)
Sebenarnya orang tua saya tidak setuju saya melanjutkan ke jenjang pendidikan S2. Orang tua saya lebih menginginkan anaknya untuk segera menikah, bukan melanjutkan kuliah. Tapi karena waktu itu saya mendapatkan beasiswa kerjasama UI-Kemenpora, maka saya tetap mengambil program tersebut hingga lulus di tahun 2010, walau tanpa restu orang tua. Karena sudah pernah merasakan wisuda S1 di FISIP UI tahun 2004, jadi untuk wisuda S2 tahun 2010 saya malas untuk mengikutinya, selain karena orang tua tidak hadir juga karena waktu itu bulan puasa.
Kebayang kan siang-siang panas-panas lagi puasa beramai-ramai di Balairung tanpa orang tua. Namun, sayang juga mengingat teman-teman saya satu angkatan yang sangat kompak waktu itu ingin juga merasakan foto bersama memakai toga. Akhirnya, karena saya bekerja di PUSKAPOL FISIP UI dan mengenal beberapa alumni angkatan di atas saya yang bekerja di rektorat, maka saya meminjam toga dari alumni tersebut. Akhirnya saya berhasil ikut "Wisuda" juga. Teman-teman sedang gladi resik wisuda di rektorat, saya main sepeda di hutan FISIP menggunakan toga pinjaman alumni angkatan di atas saya. Ketika di hari-H saya pun berfoto dengan latar belakang buku asli di perpustakaan milik PUSKAPOL UI tempat saya bekerja saat itu. Dan setelah acara wisuda selesai siang hari, saya ke balairung dan mendapatkan snack karena teman saya yang bekerja di rektorat kenal dengan panitia yang menangani konsumsi. Nah begitulah tips dan trik wisuda gratis dari saya.
Jurusan Sensitif saat Orde Baru
oleh Wisnu Adihartono (FS/FIB 1994)
Waktu itu di tahun 1997, kami dari jurusan sastra Cina melaksanakan wisuda. Saat itu sastra Cina adalah termasuk jurusan yang sensitif karena kami kuliah pada zaman Orde Baru. Buku-buku dari para dosen masih berbentuk fotokopi dan di dalam buku tersebut masih banyak kalimat-kalimat yang juga sensitif pada masa itu. Ah sudahlah, yang penting kami sudah lulus dan yang lulus adalah setengahnya karena sisanya banyak yang pindah jurusan atau gagal total. Foto ini menggambarkan keceriaan kami ketika kami di wisuda.
Di foto ini, kami bersusah payah menembus belukar untuk dapat berfoto di depan Universitas Indonesia. Tau dong ya dimana tempatnya :) Saat itu agak susah untuk bisa menuju ke sana tetapi dengan tekad, akhirnya kami bisa juga sampai sana dan berfoto :) Sungguh pengalaman yang mengesankan :) 中文系万岁万岁!
Lagi Wisuda, Anak Ngambek
oleh Yuni Daulat (FKM 2009)
Pada saat wisuda pada tahun 2011, saya didampingi suami, ibu dan 3 anak saya yang saat itu berumur 8 tahun, 6 tahun dan 5 tahun. Formasi yang sama ketika mereka juga mengantar saya untuk ikut ujian SIMAK tahun 2009. Karena anak-anak masih seumuran segitu terutama yang bontot, saat itu di luar balairung ada yang jual mainan, si bontot minta dibelikan mainan tapi tidak saya belikan, akhirnya ngambek sampai sesi foto juga, hasilnya di foto wisuda saya nggak ada yang kelihatan happy hahaha...
Wisuda dengan Boat
oleh A. Yoseph Wihartono (FISIP 2015)
Foto ini diambil pada 25 Agustus 2017 di danau depan Perpustakaan UI. Dalam foto ini, ada saya bersama teman-teman Mapala UI (kiri ke kanan: Dinda Kirana, Emira Fajarini Wibowo, saya, Novi Pasaribu, Fadjrin Ashari Zihni, Nasya Amalina Matram). Keceriaan saya di dalam foto itu menggambarkan kehidupan kuliah yang penuh buku, pesta, dan (minus) cinta; sekaligus optimisme menyambut dunia yang baru.
Saya berterima kasih kepada teman-teman BKP Mapala UI 2016 yang telah menyiapkan boat ini, khususnya M. Rifqi Herjoko (M-1019-UI; muncul di foto, tapi di belakang lengan saya hehe) yang mengambil foto ini. Terus terang saya terkejut kita bisa naik boat dan berfoto di belakang gedung ikonik di UI dari danau. Semestinya ini tidak dibolehkan oleh PLK UI. Tapi kami beruntung di hari itu, tim PLK UI lengah, dan teman-teman Mapala UI dengan lihai menyelinapkan boat ini ke danau. Semenjak itu, PLK UI semakin ketat tiap wisuda. Kawan kami dari Mapala UI baru bisa wisuda lagi di atas boat ini 5 tahun kemudian hahaha
What a moment!
Special Thanks
oleh Monica Dewi Siregar (FIK 2018)
Wisuda UI 2022 adalah wisuda pertama yang dilakukan kembali secara luring setelah pandemi COVID-19. Saya termasuk bagian dari alumni UI yang mengikuti Wisuda UI 2022. Selain itu, Wisuda UI 2022 juga merupakan wisuda pertama yang dirayakan tidak hanya di Balairung UI, namun juga dirayakan di setiap lokasi fakultas secara bersamaan. Namun, tetap ada beberapa perwakilan mahasiswa di setiap fakultas yang diundang langsung untuk mengikuti wisuda di Balairung secara acak.
Awalnya saya sedih karena saya ingin sekali merasakan wisuda langsung di Balairung UI, namun saya tidak terpilih. Akhirnya saya dan teman-teman lain yang tidak terpilih secara acak mengikuti wisuda di Gedung Pascasarjana FIK UI. Tetapi, ketika dilaksanakan secara langsung, justru saya merasa wisuda di Gedung FIK jauh lebih intimate dengan teman-teman seangkatan di FIK UI. Saya juga bersyukur akhirnya dapat mengundang dan mengajak keluarga saya ke UI secara langsung, termasuk orangtua saya.
Momen yang paling membuat saya terharu ketika Dekan FIK UI menyebutkan nama saya dan meminta saya untuk berdiri sebagai bagian dari "special thanks" karena sudah memberikan prestasi kepada FIK UI di tingkat Internasional. Hal tersebut tidak saya ketahui sebelumnya dan membuat saya sangat bahagia. Orangtua saya sangat bangga ketika momen saya dipanggil tersebut. Akhir kata, saya sangat senang menjadi bagian dari Wisuda UI 2022 karena merupakan wisuda dengan banyak hal yang baru dan momen paling berharga di dalam hidup saya.
Pesan Taksi Online di 'Pelosok'
oleh Lintang Fajri (FISIP 2019)
Ada banyak momen menarik saat saya wisuda, tetapi yang satu ini yang paling berkesan. Saya dan keluarga sangat beruntung karena bisa memesan taksi online dengan cepat di jam 06.00 WIB. Kenapa beruntung? Karena kebetulan kami tinggal di daerah yang dapat dikatakan ‘pelosok’ yaitu Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor di mana akses transportasi di sini sangatlah sulit, untuk ke stasiun kereta api terdekat (Stasiun Bojonggede) harus menempuh kurang lebih 35 menit menggunakan motor sedangkan jika menggunakan angkutan umum sekitar 50 menit.
Jadi, tanggal 11 Maret 2023 ketika mau berangkat ke Balairung saya, kedua orang tua, dan kakak sangat hopeless karena kami lupa untuk menyewa mobil di hari sebelumnya jadi terpaksa kami harus memesan kendaraan secara online. Tetapi di sini kami tidak tinggal diam jadi masing-masing hp kami digunakan untuk memesan kendaraannya dari berbagai aplikasi tetapi hasilnya, NIHIL. Sudah hampir sejam kami mencari driver tetapi tetap saja tidak ada tanda-tandanya bahkan di semua aplikasi tidak ada pertanda apapun.
Sudah hampir pasrah untuk motoran saja ke UI atau Stasiun Bojonggede karena takut telat, sampai akhirnya di hp kakak saya itu ada 1 mobil yang mau menerima. Usut punya usut ternyata bapak driver nya itu habis menghantar pelanggannya dan kebetulan lewat daerah kami. Sampai bapaknya berkata “Aduh pak buk kok bisa sih tinggal di sini? Jarang banget lho driver yang stay disini apalagi di jam segini dengan daerah yang sepi banget”. Sepanjang jalan kami hanya bisa tertawa dan bersyukur karena tidak jadi motoran dan sampai ke Balairung tepat waktu.
Terlambat Wisuda & Jadi Cinderella
oleh Baby (FT 2015)
31 Agustus 2019 Merupakan momen bahagia & haru untukku serta keluargaku. Seperti biasanya momen wisuda tempat kita berkumpul bersama keluarga, rekan, kerabat, dll. Tentu tak ketinggalan juga mengabadikan momen ini dengan foto studio bersama keluarga. Aku termasuk yang terlambat mempersiapkan MUA, hotel, studio (karena dimomen wisuda UI pasti semua harus booking jauh-jauh hari) aku kedapatan jadwal foto studio di jam 10 sedangkan acara wisuda dimulai pukul 13.00. Dengan santainya aku tetap keukeh untuk bisa foto studio di tempat yang lumayan jauh dari UI tersebut, karena merasa makeup juga masih cakep-cakepnya kan kalau pagi hari hehehe.
Setelah foto studio berlangsung selama sejam lebih pukul 11.20 kita baru berangkat lagi dari studio menuju UI. Dan salahnya aku tidak memperkirakan kemacetan ria yang berada di Depok. Akhirnya setelah sampai di daerah margonda aku mengeluh ke papa aku lapar dan makanlah kita di rumah makan Padang dekat Jl. Margonda.
Waktu menunjukkan pukul 12.40, aku dan keluargaku baru selesai makan dan bergegas untuk ke Balairung, ternyata semakin padat menuju UI, aku dan keluargaku baru tiba di Balairung pukul 13.30 yang mana saat itu sudah berlangsung upacara. Akhirnya aku duduk terpisah dengan rekan-rekan ku dari FT. Setelah selesai rangkaian acara seperti biasa lagi semua orang berbondong-bondong foto di ikon UI, Gedung Rektorat. Setelah mengantri lama karena jalanan sangat penuh akhirnya kita mendapatkan momen tersebut. Papaku yang sudah tak tahan dengan keramaian tersebut langsung menghilang mengajak pulang dan aku bersama bundaku kehilangan dimana papa dan adikku.
Karena sibuk mencari kanan ke kiri, blassttt sepatuku tercopot masuk kelubang-lubang parit dekat sekitar rektorat. Berasa Cinderella dengan satu sepatu tersebut membuat kepanikan antara aku dan bundaku. Ketika kita mencoba melihat kedalam parit, dan jarak lubang parit dan bawahnya sulit digapai, kita memutuskan untuk meninggalkan sepatu tersebut. Namun ternyata ada seorang bapak yang iba melihat aku dengan satu sepatu dicarinya sepotong kayu untuk meraih sepatuku. Awalnya bundaku sudah mengatakan untuk tidak apa-apa pak biarkan saja, namun bapak tersebut tetap kekeuh mengambilkan sepatuku. Finally one pair of my shoe was coming back. Aku dan ibuku berterima kasih sekali pada bapak tersebut. Semoga bapak yang menolong saat itu senantiasa sehat dan dibalas oleh Allah atas kebaikan yang dia berikan. Terharu. Terimakasih bapak orang lain for being my hero hehehe
Mau Wisuda, Lihat Orang Kejedot
oleh Vina (FH 2001)
Sewaktu saya akan berangkat menuju wisuda sekitar tahun 2005, kan naik kereta tuh dari Stasiun Manggarai ke arah Depok. Kondisinya itu penuh banget hari itu yang naik kereta, aku sampai sesak di dalam kereta, tapi karena mau ngejar wisuda ya apa boleh buat lah terpaksa naik itu kereta. Nah, di jalur Stasiun Tanjung Barat ke arah Lenteng Agung kan ada tikungan yang bikin kereta miring banget tuh. Pas mau sampai Stasiun Lenteng Agung, ada bapack-bapack gelantungan di pintu kereta, kejedot palanya kena tiang listrik kereta, ampe berdarah palanya benjot-benjot, ih kasian banget ngeliatnya, dia langsung pusing terus hampir lepas tangannya pegangan pintu kereta. Untung ada orang yang megangin. Jadi nggak jatuh tuh bapacknya. Terus pas aku sudah sampai Stasiun Pondok Cina, kepala udah sempoyongan pas turun dari kereta gara-gara peristiwa tadi.
Prangko Wisuda
oleh Irma Gusmayanti (FH 2009)
Berbeda dengan kebanyakan orang yang mengabadikan momen wisudan dalam foto dan atau video. Sebagai seorang filateli sejak sekolah dasar, saya mengabadikan foto wisuda sarjana hukum saya dalam prangko prisma. Kebetulan saat wisuda pada Agustus 2013 terdapat booth dari Pos Indonesia untuk pembuatan prangko prisma di dekat Balairung Universitas Indonesia. Senang sekali rasanya saat itu, karena dapat mengabadikan momen wisuda sekaligus menyalurkan hobi dalam mengoleksi prangko. Dalam satu set prangko prisma tersebut terdapat 12 (dua belas) prangko bergambar foto saya memakai toga Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
[2020] - Perayaan wisuda sebagai cadiak pandai yang menunggangi kerbau di Tanah Datar, Sumatera Barat
M. Faisal Chair (FIB 2016)
[2018] - Foto bersama keluarga besar di depan Patung Prof. Djokosoetono, Fakultas Hukum UI
Josua Satria Collins (FH 2014)
[2023] - Momen yang nggak pernah dilupain adalah ketika aku sama temenku pasang kuku palsu dan kutek di saat menunggu pak Rektor keluar wkwkwk
Wenny Putri Hasana (FKM 2019)
[2017] - Wisuda bersama bayiku yang berusia 1 bulan. Ia lahir tepat beberapa hari setelah sidang tesis.
Dita Sabariah (FIB, 2012)
[2017] - Memberi tanda tangan bukuku, "Perempuan yang Dikeningnya Kutanam Mawar dan Kamboja" saat wisuda di bulan Valentine 13 Februari.
Edrida Pulungan (FISIP 2014)
[2001] - Wisuda di atas pohon taman depan gedung B kampus FE (sekarang FEB) UI Depok, saat wisuda di bulan September 2001.
Guntur (FE, 1996)
Download e-booklet: https://s.id/booklet11