PSL: Kolaborasi Jaga Memori Kolektif Universitas
Pada Rabu (20/11), Kantor Arsip mengadakan sosialisasi program Penelusuran Sejarah Lisan (PSL) di Ruang Sidang Lantai 9 Gedung Pusat Administrasi Universitas. Acara ini dihadiri oleh para Pimpinan Fakultas/Sekolah serta perwakilan fakultas dan unit kerja terkait di Universitas Indonesia (UI). Sosialisasi tersebut berlangsung selama 3 jam lebih dan diakhiri dengan sesi makan bersama serta diskusi program.
Acara ini bertujuan untuk menyosialisasikan program PSL sebagai sarana untuk mengumpulkan informasi sejarah terkait UI dan memperkaya khazanah arsip statis UI. Program tersebut dilakukan dengan mewawancarai serta merekam ingatan para tokoh UI dan kerabatnya. Melalui cara tersebut, diharapkan memori kolektif yang ada pada ingatan para narasumber dapat disimpan dengan baik dan menjadi sumber lisan untuk kepentingan UI dan juga publik.
Acara tersebut dibuka dengan menampilkan beberapa video hasil dari program PSL berupa Memori UI, Unboxing Koleksi, dan Dokumentasi Sejarah Lisan. Kepala Kantor Arsip, Wahid Nurfiantara bersama Koordinator Manajemen & Layanan Arsip (MLA), Dwi Tirto Kuncoro dan Staf MLA, Ahmad Zainudin memberikan materi terkait program PSL. Ketiganya memberikan informasi mengenai latar belakang & tujuan program, kriteria narasumber, dan teknis kolaborasi.
Setelah penyampaian materi, sesi diskusi berlangsung hangat. Terdapat banyak masukan dan kritik dari para peserta. Salah satunya dari Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Prof. Dr. Ir. Petrus Mursanto, M.Sc. yang tertarik dengan program PSL karena Fasilkom pernah memiliki ide yang serupa. "Kami sudah pernah mengumpulkan narasumber untuk diwawancarai bersama, tapi rekamannya belum terolah." ujar Petrus. Pada diskusi tersebut ia menyebutkan beberapa nama sebagai narasumber potensial, seperti Direktur kedua Pusilkom dan keluarga dari Direktur pertama Pusilkom. Dekan Fasilkom juga berpendapat bahwa sejarah fakultas pantas untuk didokumentasikan.
Selanjutnya, Koordinator Sekretariat Sekolah Kajian Stratejik & Global (SKSG) dan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL), Caturingtyas Pangestuti. merekomendasikan gedung Pusat Studi Jepang (PSJ) sebagai salah satu tempat yang layak untuk diteliti dan dipublikasikan sejarahnya. Tokoh-tokoh yang terlibat di pembangunan gedung tersebut juga masih dapat diwawancarai. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala UPT Perpustakaan, Mariyah.
Perwakilan dari Perpustakaan UI berpendapat bahwa program PSL bisa membantu mengisi kekosongan sejarah yang tidak tertulis dan memberi penghargaan untuk para tokoh UI. "Saya mengusulkan penulisan perjalanan perpustakaan UI dari sebelum berdiri, dari perpustakaan fakultas (desentralisasi) ke perpustakaan yang tersentralisasi," ujar Mariyah. Beliau juga menyatakan kebersediaan untuk menyumbangkan koleksi-koleksinya jika dibutuhkan.
Beberapa perwakilan lainnya juga menyampaikan kritik dan masukannya. Diantaranya yaitu Manajer Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB); Koordinator Kelembagaan, Protokoler, dan Kesekretariatan Fakultas Kedokteran (FK); dan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) unsur Mahasiswa.
Sambutan hangat civitas akademika UI terhadap program tersebut tentunya menjadi pendorong Kantor Arsip untuk terus berkomitmen menjaga memori kolektif universitas. Sosialisasi tersebut juga diharapkan dapat menularkan semangat yang sama pada civitas akademika untuk turut serta dalam menjaga memori kolektif universitas.