Revolusioner Pendidikan, Prof. Soedjono Djoened Poesponegoro
Tahukah kamu? Pada masa kepemimpinan Prof. Soedjono Djoened Poesponegoro, Universitas Indonesia (UI) membuka 4 fakultas baru. Selain itu, Prof. Soedjono juga dikenal dengan reformasinya dalam kurikulum kedokteran UI dan memprakarsai lahirnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Penasaran dengan rekam jejak Prof. Soedjono? Yuk, simak kisah lengkapnya.
Pendidikan & Peran dalam Sumpah Pemuda
Prof. Dr. dr. Raden Soedjono Djoened Poesponegoro merupakan Ketua Presidium Universitas Indonesia (setara Rektor UI) yang menjabat pada tahun 1958—1962. Soedjono lahir di Wiradesa, Pekalongan pada tanggal 14 Juni 1908. Pendidikan dasarnya dimulai dari Europeesche Lagere School (ELS). ELS merupakan sekolah dasar pada masa pemerintahan Kolonial Belanda yang diperuntukkan bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka.
Soedjono kemudian melanjutkan pendidikannya dengan program lima tahun di Hoogere Burger School (HBS), sekolah menengah umum pada masa itu. Setelah tamat dari HBS pada tahun 1927, beliau melanjutkan sekolahnya di Geneeskundige Hoogeschool (GH), perguruan tinggi kedokteran pertama di Hindia Belanda. Soedjono menamatkan pendidikan dokternya itu pada tahun 1934 dengan gelar Artsdiploma (Somadikarta et al., 2000:163). Tidak hanya cemerlang dalam bidang akademik, Soedjono turut berperan dalam lahirnya Sumpah Pemuda sebagai Wakil Ketua Kongres Pemuda II tahun 1928.
Universiteit Leiden, di sanalah Soedjono melanjutkan pendidikannya di tingkat doktor. Gelar Dokter Pribumi pun berhasil diraihnya pada 12 Mei 1938. Disertasinya berjudul Kandungan glukosa, asam laktat, dan klorida dari liquor cerebrospinalis pada meningitis. (Somadikarta et al., 2000:164). Pengumuman ujian doktoral Soedjono juga dimuat dalam koran-koran Belanda.
Karir sebagai Pengajar, Dekan, dan Dokter
Tak hanya di bidang akademik, Soedjono juga dipercaya menjadi Dekan FK Universiteit Indonesia hingga tahun 1960, menggantikan Prof. Wilhelmus Zakaria Johannes. Selama menjadi Dekan FK UI, Soedjono merumuskan berbagai kebijakan revolusioner yang dikenal dengan Sistem Pendidikan Terpimpin. Pokok kebijakannya adalah mengorganisir sistem penerimaan mahasiswa, pembaharuan dalam sistem pendidikan, serta mereformasi kurikulum kedokteran dengan penambahan bidang ilmu baru yakni ilmu gizi, ilmu syaraf, ilmu penyakit jiwa, dan ilmu kesehatan anak (Mashad, 2008:77-80).
Bidang kedokteran anak merupakan spesialisasi Soedjono, yang dibuktikan dengan aktifnya beliau sebagai Ketua Yayasan Rumah Sakit Tubercolosis (TBC) Anak-Anak. Dalam iklan praktik dokternya juga dituliskan sebagai dokter spesialis anak. Sumbangsih lainnya adalah Soedjono berperan dalam mendirikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 1954. Tanggal kelahiran Soedjono, 14 Juni, diabadikan sebagai tanggal berdirinya IDAI.
Ketua Presidium
Soedjono kemudian menjabat sebagai Ketua Presidium UI (setingkat Rektor) pada periode 1958—1962, menggantikan Bahder Djohan yang mengundurkan diri. Disebut sebagai Ketua Presidium, karena saat itu bentuk kepemimpinan di UI adalah Presidium yang beranggotakan Prof. Mr. Djokosoetono dan Prof Dr. Tan Tjoe Siem (Mashad, 2008:123).
Selama masa jabatan Soedjono, telah dibuka 4 fakultas baru di UI pada tanggal 21 Desember 1960, yakni:
-
Fakultas Psikologi UI dengan Prof. Dr. R. Slamet Iman Santoso sebagai Dekan pertama
-
Fakultas Kedokteran Gigi UI dengan Prof. Dr. Ouw Eng Liang sebagai Dekan pertama,
-
Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UI (sekarang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dengan Prof. dr. Gerrit Augustinus Siwabessy sebagai Dekan pertama
-
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan* UI dengan Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja sebagai Dekan pertama.
Karir di Pemerintahan dan Internasional
Kiprah dari Prof. Dr. dr. Raden Soedjono Djoened Poesponegoro tidak hanya di dunia akademis dan kedokteran saja, namun juga terdapat peran dan jabatan di luar kedua hal tersebut. Di tingkat nasional, Soedjono juga kemudian dipercaya menjadi Menteri Urusan Riset Nasional RI pertama oleh Presiden Sukarno, sejak Kabinet Kerja III hingga Kabinet Dwikora I.
Untuk menghargai jasa-jasanya, UI memberikan gelar Doktor Kehormatan kepada Soedjono pada tanggal 30 Oktober 1971. Karier Soedjono terus meroket hingga diangkat menjadi Direktur Southeast Asian Ministers of Education Organization, organisasi regional yang bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan di Asia Tenggara. Soedjono pun bekerja di Bangkok pada tahun 1971–1975 (Somadikarta et al., 2000:164).
Soedjono tetap senantiasa berkarya hingga akhir hayatnya pada tanggal 24 November 1986. Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Soedjono juga kemudian diabadikan menjadi salah satu nama gedung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang diresmikan pada 10 Maret 2020 (Siaran Pers Kemenristek/BRIN, 2020).
Daftar Referensi
Algemeene Handelsblad 13 Mei 1938. Koleksi Delpher.nl
Mashad, D. (2008). Tahun penuh tantangan: Soedjono Djoened Poesponegoro, Menteri Riset pertama di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Siaran Pers Kemenristek/BRIN. (2020, March 10). Menristek/Kepala BRIN Resmikan Nama Auditorium Soemitro Djojohadikoesoemo | LLDIKTI WILAYAH I - Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah I Sumatera Utara. lldikti 1. Retrieved December 18, 2023, from https://lldikti1.kemdikbud.go.id/details/apps/2146
Somadikarta, S., Irsyam, T. W., & Oemarjati, B. S. (2000). Tahun Emas Universitas Indonesia (Jilid 1). Universitas Indonesia (UI-Press).